PMI 

Standar Sanitasi dan Higiene PMI untuk Pengungsian yang Sehat dan Manusiawi

Tempat pengungsian pascabencana adalah tempat berkumpulnya banyak orang dalam ruang terbatas, membuatnya sangat rentan terhadap penyebaran penyakit menular. Bagi Palang Merah Indonesia (PMI), mendirikan tenda hanyalah langkah awal. Tantangan sesungguhnya adalah menciptakan lingkungan yang sehat dan bermartabat, di mana kebutuhan dasar higienis terpenuhi. Untuk mencapai ini, PMI menerapkan Standar Sanitasi dan higiene yang ketat, mengacu pada pedoman kemanusiaan internasional. Penerapan Standar Sanitasi yang disiplin merupakan kunci untuk mencegah wabah penyakit sekunder yang seringkali lebih mematikan daripada bencana awal. PMI memastikan bahwa setiap pengungsi dapat menjalani kehidupan yang manusiawi melalui Standar Sanitasi yang terencana.


Rasio dan Penempatan Fasilitas MCK

Fokus utama dari Standar Sanitasi PMI adalah penyediaan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang memadai. Kurangnya toilet dan fasilitas cuci tangan yang higienis dapat menyebabkan kontaminasi sumber air dan makanan.

Menurut pedoman darurat yang diterapkan PMI, rasio fasilitas harus dipenuhi:

  • Rasio Toilet: Idealnya, harus ada 1 toilet untuk setiap 20 orang pengungsi. Rasio ini harus dijaga untuk menghindari antrean panjang dan menjaga kebersihan.
  • Fasilitas Khusus: Toilet harus dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, dan diupayakan tersedianya fasilitas yang mudah diakses bagi kelompok rentan, seperti lansia dan penyandang disabilitas.

Penempatan MCK harus strategis—berjarak minimal 30 meter dari sumber air bersih (sumur atau tangki air) untuk mencegah kontaminasi, namun cukup dekat dan aman untuk dijangkau, terutama pada malam hari. Dalam respons Bencana Banjir Bandang di Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada 2016, tim WASH (Water, Sanitation, and Hygiene) PMI fokus membangun MCK portable yang cepat didirikan di area Lapangan Sepak Bola yang dijadikan pusat pengungsian.

Manajemen Sampah dan Drainase

Sanitasi yang baik juga melibatkan manajemen limbah padat dan cair. Sampah yang menumpuk menarik vektor penyakit (seperti lalat dan tikus) dan dapat mencemari lingkungan.

  1. Limbah Padat: PMI mengatur tempat sampah di titik-titik strategis dan menyelenggarakan jadwal pengumpulan sampah setidaknya dua kali sehari. Relawan lokal dilatih untuk memisahkan sampah organik dan anorganik.
  2. Drainase: Area sekitar MCK dan dapur umum harus memiliki drainase yang berfungsi baik untuk mencegah genangan air kotor, yang merupakan tempat berkembang biak nyamuk dan bibit penyakit. Tim Teknis Logistik PMI menggunakan terpal dan kantong pasir untuk mengarahkan aliran air dan mencegah lumpur masuk ke area tidur.

Promosi Higiene dan Distribusi Hygiene Kit

Higienis pribadi adalah garis pertahanan terakhir. PMI memastikan setiap pengungsi menerima Hygiene Kit (paket kebersihan) segera setelah mereka tiba di pengungsian. Paket ini berisi sabun, sikat gigi, pasta gigi, pembalut wanita, dan deterjen.

Selain distribusi, relawan PMI secara rutin, minimal tiga kali seminggu, menyelenggarakan sesi promosi kesehatan di bawah pengawasan Koordinator Kesehatan Lapangan. Edukasi ini ditekankan pada pentingnya mencuci tangan dengan sabun pada waktu kritis (sebelum makan, setelah dari toilet), dan manajemen kebersihan diri bagi perempuan. PMI Cabang Malang mencatat peningkatan kesadaran higienis lebih dari 70% setelah melaksanakan program edukasi interaktif di pengungsian Desa Argosari pasca erupsi gunung pada Desember 2021.

Melalui perencanaan yang cermat dan berpegang teguh pada Standar Sanitasi yang diakui, PMI mengubah tempat penampungan darurat menjadi lingkungan yang mendukung pemulihan, menjaga martabat korban, dan mencegah penderitaan tambahan yang disebabkan oleh penyakit.